Jumat, 03 Maret 2017

Dua Pekerja Seribu Sapi


Teknologi Komputersasi untuk berternak sapi
Di depan computer itu David JEnkin bisa memantau 1.000 sadpi di padang gembala seluas 1.000 ha. Peternak di Hamilton Negara bagian Australia, itu memanfaatkan teknologi untuk mengembalakan ternaknya. Komputer tersambung Jaringan GPS  - Global Positioning System itu membuat David tau persis posisi semua ternaknya. Bahkan cukup satu klik Beragam informasi seekor sapi bisa muncul mulai dari asal tertua,jam kelahiran, rekam medis, hingga bobot terkini.
David Jenkin menuturkan computer itu terhubung chip, mirip simcard telepon genggam yang terpasang di setiap punggung sapi. Teknologi itu mirip chip di setiap tangkai anggrek di rumah kaca modern di Belanda untuk memantau kebutuhan air, pupuk dan panen. Dengan model itu berternak sapi Bos Taurus effisien. Ratusan bahkan ribuan sapi di padang gembala mahaluas hanya memerlukan 2 pekerja. Teknik serupa diterapkan di Jenkin pada Domba Aovis aries.
Di tanah air tanda tubuh sapi masih sederhana yakni mengecapnya dengan menempelkan besi panas d paha hingga melepuh. Penanda lain adalah tattoo atau irisan di telinga. Teknik itu dipakai pada kerbau Bubalus bubalis dan kuda Equus caballus. Namun di Indonesia data riwayat hidup ternak belum popular. Kerap kali peternak di tanahair hanya bertemu 2 kali dengan ternaknya. Pertama ketika mengecap dan kedua ketika memotong.
Pantas dengan segala kelebihan itu Australia jadi penghasil daging sapid an domba terbesar di dunia. Sebanyak 60% produksi ternak dikirim ke luar negeri termasuk Indonesia (sebagai Negara Pengimport sapi) .Dari ternak itu Australia juga memanen susu dan bul domba dengan kualitas terbaik di dunia. Hebatnya sukses di bidang peternakan itu diraih tanpa subsidi. Kegiatan hulu hingga hilir dilaksanakan swasta dan peternak tanpa campur tangan pemerintah yang memfasilitasi penyuluhan serta sarana dan prasarana-jalan keamanan yang kondusif.
Effesien
Saat memasuki perternakan di Hamilton sejauh mata memandang tampak padang gembala dengan padang rumput menghijau dalamnya terdapat sapid an domba, kekar, gemuk sehat dan gagah.Disana setiap perternak rata rata memiliki lahan 1.000 ha dengan populasi 500-1.000 ekor. Lahan seluas itu dikelola 2 perternak dibantu 3-5 ekor anjing gembala, Kondisi serupa juga ditemui di Negara Negara eropa seperti Belanda dan Italia.
Situasi itu berbeda dengan di Indonesia. Kepemilikan sapii seorang peternak di pulau Jawa adalah 2-5 ekor. Sapi dipelihara dalam kandang dengan perawatan intensif. Bayangkan setiap hari pemilik menyabit rumput untuk pakan sehingga tidak effisien tenaga kerja karena rasio perternak dengan ternak jadi tinggi. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Tengah memang ada padang gembala tapi sapi dibiarkan hidup apa adanya sehingga produktifitasnya juga rendah.
Sebaliknya Australia meski sapi dibiarkan hidup di padang rumput , jumlah pakan dan perwatan tetap terkontrol. Menurut Guru besar linngkungan dari University of Mebourne , Dr David Smith, padang rumput di Hamilton umumnya dipupuk fosfor (P) tinggu. Musababnya padang rumput berada di atas tanah bahan vulkan alias tanah andosol. Tanah itu subur meski tedapat kelemahan karena tanah “memegang” kuat unsure hara P sehingga tidak bisa diserap rumput. Menurut David pupuk P mendorong produksi dan kualitas rumput di padang gembala. Hasil ternak pun jadi berlimpah.Pantas menurut David Jenkin, biaya belanja Pupuk P menjadi biaya termahal, sekitar 10-20% dibandingkan biaya lain. Meski dilepaskan juga bukan berarti sapi hanya makan rumput. Di sana peternak menyediakan “piring raksasa” berupa bak bak plastic yang setiap hari diisi konsentrat, dengan sendirinya sapi menghampiri bak plastic.
Mekanisasi
Lahan gembala yang sangat luas tidak mungkin memakai tenaga manual. Apalagi upaj tenaga kerja di Australia sangat mahal sehingga solusinya menggunakan alat mekanisasi .Contohnya traktor digunakan untuk mengolah tanah, memupuk dan menanam benih rumput. Umumnya peternak mengolah lahan menjelang musim panas sehingga pada puncak musim panas tiba, pakan rumput melimpah sebagai santapan segar ternak.
Di padang rumput itu pula peternak membuat cekungan-cekungan . Di saat hujan air yang jatuh di padang rumput mengalir ke cekungan, Itulah sumber air irigasi dialirkan dengan pipa polivinil klorida (PVC) yang ujungnya berupa sprinkler untuk menyiram rumput. Situasi peternakan pun mirip kawasan pertanian.
Di Indonesia tidak ada peternak yang menggunakan alat mekanisasi . Justru sebaliknya di Indonesia sapi, kerbau atau kuda digunakan sebagai alat mekanisasi  untuk mengolah – membajak dan menggaru sawah. Di pedesaan ternak itu juga masih dipakai utk alat transportasi hasil pertanian dari lahan ke pasar.
Meski ternak mereka hidup di alam bebas, peternak juga melakukan perawatan intensif. Di pinggir padang gembala peternak memiliki tempat khusus untuk perawatan. Tempat itu dapat menampung 100-200 sapi yang dilengkapi dengan fasilitas seperti alat tes kehamilan, pengobatan termasuk vaksinisasi , dan pemberian nutrisi khusus . Di pinggir padang gembala juga ada tempat khusus untuk menjual ternak. Disanalah sapi dikumpulkan oleh anjing gembala bila ada pembeli datang.
Indonesia dapat belajar dari Australia untuk mengelola ternak sapi dan domba dengan baik, ibu pertiwi masih mempunyai lahan luas di Sumatera, Kalimantan dan Papua New Guine dalam bentuk padang rumput. Disanalah peternak kita bisa berlatih ala peternak Australia. Tentu harus di dukung jaminan keamanan agar ternak yang digembalakan tidak hilang.
Bahkan lahan kebun sawit yang luas pun dapat dipadu sapi. Daun sawit dan tanaman penutup tanahnya bisa di jadikan pakan gratis bagi ternak. Effisien bukan?? Bila kita bisa meniru prinsip berternak Australia itu daging ternak tidak akan langka dan harganya melonjak.
(Sumber : Dr.Ir Dedi Nursyamsi MAgr dan Destika Cahyadi, SP peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertanian Indonesia)
Konsumsi Sapi Potong di Indonesia
Jangan lupa , ada lebih dari 800 jenis sapi di seluruh muka bumi. Mulai sapi potong black angus di Inggris sampai yak berambut tebal di Tibet, Tiongkok Jadi betapa bahagianya  melihat bermacam macam jenis sapi berseliweran sapi potong di angkut Dari Pelabuhan Tanjung Priok, Cirebon dan seterusnya.
Konsumsi Rendah
Kapal pertama dari Australia , sepuluh hari sebelum Lebaran datang dengan 7000 sapi potong . Maklum Indonesia banyak memerlukan sapi terutama ketika akan menyambut hari raya. Untuk menekan harga yang melambung akibat sulitnya pasokan daging sapi, Berton ton daging beku dan sapi hidup terpaksa diimpor . tapi Orang Indonesia tetap kurang akan konsumsi daging sapi. Konsumsi perkapita daging sapi baru 1,8kg per tahun. Angka itu sangat rendah bila dibandingkan orang Filipina yang mencapai 7kg / Tahun / Orang dan Malaysia yang memimpin gemar daging dengan konsumsi 15 kg pertahun.
Mengapa konsumsi daging sapi bangsa Indonesia begitu rendah ? Pertama karena harga daging sapi yang sangat mahal! Menjelang lebaran harga daging sapi  melonjak dari Rp.70.000/kg hingga Rp.100.000/kg Di Aceh kabarnya bisa melonjak sangat luar biasa yaitu hingga Rp.150.000/kg. Padahal kita sering melihat lembu berseliweran di jalan jalan.Berbeda dengan orang Amerika yang bisa mengkomsumsi hingga 24 kg/tahun per kapita.


Bagikan

Jangan lewatkan

Dua Pekerja Seribu Sapi
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.