Teknologi Komputersasi untuk berternak sapi
Di depan computer itu David JEnkin bisa
memantau 1.000 sadpi di padang gembala seluas 1.000 ha. Peternak di Hamilton
Negara bagian Australia, itu memanfaatkan teknologi untuk mengembalakan
ternaknya. Komputer tersambung Jaringan GPS
- Global Positioning System itu membuat David tau persis posisi semua
ternaknya. Bahkan cukup satu klik Beragam informasi seekor sapi bisa muncul
mulai dari asal tertua,jam kelahiran, rekam medis, hingga bobot terkini.
David Jenkin menuturkan computer itu
terhubung chip, mirip simcard telepon genggam yang terpasang di setiap punggung
sapi. Teknologi itu mirip chip di setiap tangkai anggrek di rumah kaca modern
di Belanda untuk memantau kebutuhan air, pupuk dan panen. Dengan model itu
berternak sapi Bos Taurus effisien. Ratusan bahkan ribuan sapi di padang
gembala mahaluas hanya memerlukan 2 pekerja. Teknik serupa diterapkan di Jenkin
pada Domba Aovis aries.
Di tanah air tanda tubuh sapi masih sederhana
yakni mengecapnya dengan menempelkan besi panas d paha hingga melepuh. Penanda
lain adalah tattoo atau irisan di telinga. Teknik itu dipakai pada kerbau
Bubalus bubalis dan kuda Equus caballus. Namun di Indonesia data riwayat hidup
ternak belum popular. Kerap kali peternak di tanahair hanya bertemu 2 kali
dengan ternaknya. Pertama ketika mengecap dan kedua ketika memotong.
Pantas dengan segala kelebihan itu
Australia jadi penghasil daging sapid an domba terbesar di dunia. Sebanyak 60%
produksi ternak dikirim ke luar negeri termasuk Indonesia (sebagai Negara
Pengimport sapi) .Dari ternak itu Australia juga memanen susu dan bul domba
dengan kualitas terbaik di dunia. Hebatnya sukses di bidang peternakan itu
diraih tanpa subsidi. Kegiatan hulu hingga hilir dilaksanakan swasta dan
peternak tanpa campur tangan pemerintah yang memfasilitasi penyuluhan serta
sarana dan prasarana-jalan keamanan yang kondusif.
Effesien
Saat memasuki perternakan di Hamilton
sejauh mata memandang tampak padang gembala dengan padang rumput menghijau
dalamnya terdapat sapid an domba, kekar, gemuk sehat dan gagah.Disana setiap
perternak rata rata memiliki lahan 1.000 ha dengan populasi 500-1.000 ekor.
Lahan seluas itu dikelola 2 perternak dibantu 3-5 ekor anjing gembala, Kondisi
serupa juga ditemui di Negara Negara eropa seperti Belanda dan Italia.
Situasi itu berbeda dengan di Indonesia.
Kepemilikan sapii seorang peternak di pulau Jawa adalah 2-5 ekor. Sapi
dipelihara dalam kandang dengan perawatan intensif. Bayangkan setiap hari
pemilik menyabit rumput untuk pakan sehingga tidak effisien tenaga kerja karena
rasio perternak dengan ternak jadi tinggi. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan
Sulawesi Tengah memang ada padang gembala tapi sapi dibiarkan hidup apa adanya
sehingga produktifitasnya juga rendah.
Sebaliknya Australia meski sapi dibiarkan
hidup di padang rumput , jumlah pakan dan perwatan tetap terkontrol. Menurut
Guru besar linngkungan dari University of
Mebourne , Dr David Smith, padang rumput di Hamilton umumnya dipupuk fosfor
(P) tinggu. Musababnya padang rumput berada di atas tanah bahan vulkan alias
tanah andosol. Tanah itu subur meski tedapat kelemahan karena tanah “memegang”
kuat unsure hara P sehingga tidak bisa diserap rumput. Menurut David pupuk P
mendorong produksi dan kualitas rumput di padang gembala. Hasil ternak pun jadi
berlimpah.Pantas menurut David Jenkin, biaya belanja Pupuk P menjadi biaya
termahal, sekitar 10-20% dibandingkan biaya lain. Meski dilepaskan juga bukan
berarti sapi hanya makan rumput. Di sana peternak menyediakan “piring raksasa”
berupa bak bak plastic yang setiap hari diisi konsentrat, dengan sendirinya
sapi menghampiri bak plastic.
Mekanisasi
Lahan gembala yang sangat luas tidak
mungkin memakai tenaga manual. Apalagi upaj tenaga kerja di Australia sangat
mahal sehingga solusinya menggunakan alat mekanisasi .Contohnya traktor
digunakan untuk mengolah tanah, memupuk dan menanam benih rumput. Umumnya
peternak mengolah lahan menjelang musim panas sehingga pada puncak musim panas
tiba, pakan rumput melimpah sebagai santapan segar ternak.
Di padang rumput itu pula peternak membuat
cekungan-cekungan . Di saat hujan air yang jatuh di padang rumput mengalir ke
cekungan, Itulah sumber air irigasi dialirkan dengan pipa polivinil klorida
(PVC) yang ujungnya berupa sprinkler untuk menyiram rumput. Situasi peternakan
pun mirip kawasan pertanian.
Di Indonesia tidak ada peternak yang
menggunakan alat mekanisasi . Justru sebaliknya di Indonesia sapi, kerbau atau
kuda digunakan sebagai alat mekanisasi
untuk mengolah – membajak dan menggaru sawah. Di pedesaan ternak itu
juga masih dipakai utk alat transportasi hasil pertanian dari lahan ke pasar.
Meski ternak mereka hidup di alam bebas,
peternak juga melakukan perawatan intensif. Di pinggir padang gembala peternak
memiliki tempat khusus untuk perawatan. Tempat itu dapat menampung 100-200 sapi
yang dilengkapi dengan fasilitas seperti alat tes kehamilan, pengobatan
termasuk vaksinisasi , dan pemberian nutrisi khusus . Di pinggir padang gembala
juga ada tempat khusus untuk menjual ternak. Disanalah sapi dikumpulkan oleh
anjing gembala bila ada pembeli datang.
Indonesia dapat belajar dari Australia
untuk mengelola ternak sapi dan domba dengan baik, ibu pertiwi masih mempunyai
lahan luas di Sumatera, Kalimantan dan Papua New Guine dalam bentuk padang
rumput. Disanalah peternak kita bisa berlatih ala peternak Australia. Tentu
harus di dukung jaminan keamanan agar ternak yang digembalakan tidak hilang.
Bahkan lahan kebun sawit yang luas pun
dapat dipadu sapi. Daun sawit dan tanaman penutup tanahnya bisa di jadikan
pakan gratis bagi ternak. Effisien bukan?? Bila kita bisa meniru prinsip
berternak Australia itu daging ternak tidak akan langka dan harganya melonjak.
(Sumber
: Dr.Ir Dedi Nursyamsi MAgr dan Destika Cahyadi, SP peneliti di Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pertanian Indonesia)
Konsumsi
Sapi Potong di Indonesia
Jangan lupa , ada lebih dari 800 jenis sapi
di seluruh muka bumi. Mulai sapi potong black angus di Inggris sampai yak
berambut tebal di Tibet, Tiongkok Jadi betapa bahagianya melihat bermacam macam jenis sapi
berseliweran sapi potong di angkut Dari Pelabuhan Tanjung Priok, Cirebon dan
seterusnya.
Konsumsi
Rendah
Kapal pertama dari Australia , sepuluh hari
sebelum Lebaran datang dengan 7000 sapi potong . Maklum Indonesia banyak
memerlukan sapi terutama ketika akan menyambut hari raya. Untuk menekan harga
yang melambung akibat sulitnya pasokan daging sapi, Berton ton daging beku dan
sapi hidup terpaksa diimpor . tapi Orang Indonesia tetap kurang akan konsumsi daging
sapi. Konsumsi perkapita daging sapi baru 1,8kg per tahun. Angka itu sangat
rendah bila dibandingkan orang Filipina yang mencapai 7kg / Tahun / Orang dan
Malaysia yang memimpin gemar daging dengan konsumsi 15 kg pertahun.
Mengapa konsumsi daging sapi bangsa
Indonesia begitu rendah ? Pertama karena harga daging sapi yang sangat mahal!
Menjelang lebaran harga daging sapi
melonjak dari Rp.70.000/kg hingga Rp.100.000/kg Di Aceh kabarnya bisa
melonjak sangat luar biasa yaitu hingga Rp.150.000/kg. Padahal kita sering
melihat lembu berseliweran di jalan jalan.Berbeda dengan orang Amerika yang
bisa mengkomsumsi hingga 24 kg/tahun per kapita.
Bagikan
Dua Pekerja Seribu Sapi
4/
5
Oleh
Unknown