Rabu, 15 Februari 2017

Hama menjadi Harta

PT. Yarsilk Gora Mahotama adalah sebuah perusahaan yng berlokasi di Yogyakarta, mempoduksi berbagai macam product yang berasal dari sutera liar dimulai dari benang sutera sampai barang  barang kerajinan. Ulat sutera liar yang dimanfaantakan adalah jenis Criculla trifenestrata(gold silk) dan Attacus atlas.Produksi kokonnya yaitu 100 kg/ tahun dalam 2 x produksi, namun tidak tentu jumlahnya mulai dari 2000 sampai 3000 buah kokon tanpa  pupa.
Yarsilk Galeery


Perusahaan ini bekerja sama dengan sebuah yayasan yang dipimpin langsung oleh putri dari Sultan Hamengkubwono X yaitu Gusti Kanjeng Ratu Pembayun yang benama Royal Silk. Royal Silk memprakarsai sebuah kelompok taniCatur Makaryo, di desa Karang tengah terbentuk tahun 2004. Tujuannya agar pembinaan terhadap para petani yang jumlahnya cukup banyak dapat lebih terfokus. Mereka yang terhimpun dalam kelompok tani ulat sutera ini 56 orang, berasal dari 3 (tiga) dusun, Trans lokal, Tamanmojo dan Ngudirejo. Ketiga kelompok tani di atas, bergabung untuk dibina lebih lanjut oleh Yayasan Royal Silk, sehingga menjadi empat komponen yang menyatu dalam wadah Catur Makaryo, yang diketuai oleh Sogiyanto.

Walaupun disebut kelompok tani, namun sebenarnya mereka tidak membudidayakan ulat sutera.Karena jenis ulat sutera yang dikelola kelompok ini adalah ulat sutera liar. Keberadaan ulat tersebut, mulanya hanya dipandang sebagai hama pepohonan. Baru setelah dikenalkan oleh Gusti Pembayun bahwa hama tersebut adalah ulat sutera dan sekaligus diminta untuk mengelolanya, mereka menjadi tertarik.
Gusti Mangkubumi


Ulat suteraCriculla triphenestrata hidup di pohon jambu mete, alpukat, sirsak, poncosudo dan keben, sedangkan ulat sutera cokelat yang hanya ada di Karangtengah hidup pada pohon mahoni dan keben. Kedua jenis ulat sutera ini, muncul pada awal musim kemarau, saat masih terdapat sesekali hujan.Karena habitatnya yang demikian yaitu, beriklim tropis dan berada diketingian 300 metet di atas permukaan laut, suhu25-30oC dan kelembaban 85%, ulat sutera ini hanya dapat dipanen sekali dalam setahun.


Luas lahan yang tersedia untuk mengembangkan kedua jenis ulat sutera ini di wilayah desa karangtengah, 60 ha di atas tanah Sultan Ground .Karena media hidup dan berkembangnya di pepohonan tanaman keras, maka pengembangannyapun membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun tidak menjadi kendala bagi para petani, karena hasil yang akan diperolehnyapun bukan semata-mata dari ulat sutera itu saja, akan tetapi juga dari hasil buah pohon, seperti jambu mete, sirsak dan alpukat.

Kegiatan rutinnya berupa pertemuan setiap selapanan yakni pada Rabu Wage.Selain untuk mempertahankan eksistensi kelompok, juga untuk mempermudah komunikasi antar anggota kelompok maupun kelompok dengan lembaga-lembaga pembina (sepertiDinas Pertanian, Dinas Perindagkop). Di dalam pertemuan tersebut antara lain dibicarakan budidaya bibit jambu mete yang nantinya akan dibeli oleh para wisatawan untuk ditanam, pemupukan tanaman dan budidaya tanaman pewarna serta percobaan budidaya ulat sutera liar.

Kebijakan Yayasan Royal Silk yang mengarahkan setiap wisatawan asing khususnya Jepang, yang berkunjung ke Karang Tengah wajib menanam 1 pohon media hidup ulat sutera, menjadikan pengembangan ulat sutera sangat prospektif bagi petani. Sampai saat ini kurang lebih telah 10.000 pohon jambu mete yang ditanam oleh para wisatawan.

Produk yang dihasilkan dari ulat sutera tersebut berupa : benang sutera dan sheet dari bungkus kokon. Benang sutera oleh petani hanya dijual kepada Yayasan Royal Silk yang kemudian dieksport ke Jepang.Sedangkan sheet dari bungkus kokon digunakan sebagai pelapis dinding ruangan untuk accesories.


PT. Yarsilk Gora Mahottama is a company, located in Yogyakarta – Indonesia, producing specific of silk yarn called wild silk
Butterflies are one of the most beautiful insect. One of those species called bombyxmori L; it can be breed by cultivating mulberry plant for feeding the silkworm and the cocoon is produced for silk. Generally bombyxmori L cocoons are used for materials in producing silk yarn.
However, there are others species called Attacus Atlas and Cricula Trifenesfrata (gold silk) which produce high quality silk yarn as well. The breeding process are more difficult than bombyxmori L (mulberry silk). They are dependend on the nature absolutely and avoided human touch. Exactly getting high quality of Attacus and Cricula cocoons that will be produced silk yarn by collecting them in the nature. That is why the product called wild silk.
Anyway, to keep the natural touch, we do not use chemical process and coloring. It is completely natural colors. The natural colors are brown (Attacus) and gold (Cricula). They are very fine fiber, very porous, soft, cool to wear, not easily unvareled, heat resistant, non-allergenic and anti bacterial.
Available shopping for our complete product at :

Yarsilk Gallery
Jl. KHA Dahlan 73 Yogyakarta 55262 INDONESIA
Ph. 62-274-418600 Fax. 62-274-411930
Email: sari_yarsilkgalerry@hotmail.com

Bagikan

Jangan lewatkan

Hama menjadi Harta
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.